Cinta kepada sesama dalam Islam adalah perasaan yang memancar karena adanya ketaqwaan dan bermuara kepada pengendalian yang kokoh dengan taliNya (i’tisham bi hablillah).
Maka cinta seperti itu hanya akan tumbuh dengan subur dalam ikatan mulia yang bernama ukhuwah (persaudaraan) yang didasarkan sendi-sendi tersebut. Ikatan tersebut merupakan tujuan suci, cahaya rabbaniyah sekaligus merupakan nikmat Ilahiyah. Oleh sebab itu Allah hanya akan menuangkan cahaya dan nikmatnya pada hati dari setiap hambaNya yang mukhlis (ikhlas), mensucikan dan melindungi diri-mereka dengan akhlaq yang terpuji.
Untuk mengetahui segala-galanya tentang cinta, manusia perlu merujuk kepada pencipta cinta itu sendiri yakni Allah SWT. Tuhan menciptakan cinta, maka Dialah yang Maha Mengetahui sifat dan rahasianya. Cinta itu indah karena diciptakan oleh Allah Yang Maha Indah. Rasulullah SAW bersabda,” Allah itu indah dan cintakan keindahan” Bukan saja indah, cinta yang diciptakan Allah itu bertujuan untuk menyelamatkan, menenteramkan dan membahagiakan manusia
Allah berfirman;
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ
“Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS. Al-Fath: 29).Ayat di atas menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mempunyai rasa cinta dengan para sahabat, di samping sifat kerasnya terhadap orang kafir. Dan ke dua sifat tersebut ada karena Allah semata, cinta dan keras/tegas karena Allah SWT.
Allah berfirman;
وَالَّذِينَ
تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ
هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا
أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ
وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٩﴾
“Dan
orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman
(Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar)
‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka
(Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka
dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka Itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Al-Hasyr: 9).Perasaan bersaudara secara tulus inilah yang akan melahirkan pribadi mukmin yang mempunyai rasa kasih sayang dengan se jujur-jujurnya dan sebenar-benarnya serta perasaan ikhlas sejati. Yang akan selalu mengambil sikap positif dalam hal bercinta dan saling mengutamakan, kasih sayang dan saling memaafkan, serta dengan membantu dan saling melengkapi. Juga menghindari hal-hal negatif seperti menjauhkan diri dari segala yang menyebabkan mudarat (bahaya) dalam diri mereka, dalam harta mereka, dan dalam harga diri mereka.
Anas RA meriwayatkan dari Nabi saw. Beliau bersabda,
ثَلَاثٌ
مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ
لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ
كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Ada tiga perkara
yang barangsiapa berada di dalamnya akan mendapatkan manisnya keimanan:
Agar Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya.
Agar ia mencintai seseorang atau membencinya karena Allah. Dan agar
benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia tidak suka
dilemparkan ke neraka.” (Muttafaq Alaihi).Oleh karena itu ukhuwah fillah merupakan sifat yang lazim dari konsekuensi keimanan, dan merupakan perangai yang cocok sebagai teman bagi ketaqwaan. (Konklusi nya) tidak ada persaudaraan sejati tanpa adanya iman, dan tidak ada iman tanpa adanya persaudaraan.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” QS Al Hujurat 10)
Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi saw. Beliau bersabda;
سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمْ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا
ظِلُّهُ إِمَامٌ عَدْلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ
قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ
اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ
ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ
تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا
تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada
tujuh golongan yang akan dilindungi Allah di hari yang tiada
perlindungan selain perlindungan Allah: Pemimpin adil, pemuda yang
tumbuh besar dalam ibadah kepada Allah, seseorang yang hatinya terkait
dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, bertemu dan
berpisah karena Allah, seseorang yang dipanggil seorang wanita (untuk
berzina) yang mempunyai kedudukan dan kecantikan, ia mengatakan aku
takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah lalu menyembunyikan
sedekahnya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dilakukan tangan
kanannya, dan seseorang yang mengingat Allah di kala sepi lalu berlinang
air matanya.” (Muttafaq Alaihi).Jika kita mendapati suatu persaudaraan yang di belakangnya tidak didukung oleh keimanan maka kita akan dapat mengetahui bahwa persaudaraan semacam itu tidak akan membawa kemaslahatan dan manfaat yang saling timbal balik. Begitu juga bila kita dapati keimanan yang tidak didukung oleh persaudaraan maka bisa kita simpulkan betapa rendah kadar keimanan itu.
Abu Hurairah RA meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda,
لَا
تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى
تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ
تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak
akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman
sampai kalian saling mencinta. Maukah aku tunjukkan kepada kalian kepada
sesuatu yang jika kalian lakukan akan saling mencinta; sebarkan salam
di antara kalian.” (Muslim).Abu Hurairah RA meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda;
أَنَّ
رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ
عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ
قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ
مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لَا غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي
اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ فَإِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ
اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ
“Bahwa
seseorang sedang mengunjungi saudaranya di sebuah desa dan Allah
mengutus seorang malaikat untuk memantau jalannya. Sesampainya di tempat
itu ia berkata, ‘Hendak ke mana kamu?’ Ia menjawab, ‘Aku hendak menemui
seorang saudara di negeri ini.’ Ia bertanya, ‘Apakah ada kenikmatan
yang kamu inginkan darinya?’ Ia menjawab, ‘Tidak, hanya karena aku
mencintainya karena Allah Azza wa Jalla.’ Ia (malaikat) berkata,
‘Ketahuilah bahwa aku ini utusan Allah, (untuk memberitakan kepadamu)
bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintainya karena-Nya.”Al-Barra’ bin ‘Azib RA meriwayatkan dari Nabi saw, Beliau bersabda tentang orang-orang Anshar,
لَا
يُحِبُّهُمْ إِلَّا مُؤْمِنٌ وَلَا يُبْغِضُهُمْ إِلَّا مُنَافِقٌ فَمَنْ
أَحَبَّهُمْ أَحَبَّهُ اللَّهُ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَهُ اللَّهُ
“Tidak
ada yang mencintai mereka selain orang mukmin dan tidak ada yang
membenci mereka selain orang munafiq. Siapa mencintai mereka Allah akan
mencintainya dan siapa membencinya Allah akan murka kepadanya.” (Muttafaq Alaih).Muadz meriwayatkan, aku mendengar Rasulullah saw bersabda;
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْمُتَحَابُّونَ فِي جَلَالِي لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ يَغْبِطُهُمْ النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ
“Allah
Azza wa Jalla berfirman, ‘Bagi orang-orang yang saling mencintai karena
keagungan-Ku mimbar-mimbar dari cahaya dari cahaya yang membuat iri
para nabi dan syuhada.” (Tirmidzi, hadits hasan).Dr Yusuf Qaradhawi dalam bukunya Al Mujtama’ Al Islami mengatakan bahwa ukhuwah Islamiyah yang bercita-cita luhur itu mampu melahirkan al-ikhaa’ul Islami. Dan tujuan terpenting dari padanya adalah persamaan hak (al musaawah), saling membantu (at-ta’aawun), dan cinta kasih karena Allah (al hubb fillah)
Abu Idris Al-Khaulani RA bercerita;
دَخَلْتُ
مَسْجِدَ دِمَشْقَ فَإِذَا فَتًى شَابٌّ بَرَّاقُ الثَّنَايَا وَإِذَا
النَّاسُ مَعَهُ إِذَا اخْتَلَفُوا فِي شَيْءٍ أَسْنَدُوا إِلَيْهِ
وَصَدَرُوا عَنْ قَوْلِهِ فَسَأَلْتُ عَنْهُ فَقِيلَ هَذَا مُعَاذُ بْنُ
جَبَلٍ فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ هَجَّرْتُ فَوَجَدْتُهُ قَدْ سَبَقَنِي
بِالتَّهْجِيرِ وَوَجَدْتُهُ يُصَلِّي قَالَ فَانْتَظَرْتُهُ حَتَّى قَضَى
صَلَاتَهُ ثُمَّ جِئْتُهُ مِنْ قِبَلِ وَجْهِهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ ثُمَّ
قُلْتُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ لِلَّهِ فَقَالَ أَللَّهِ فَقُلْتُ
أَللَّهِ فَقَالَ أَللَّهِ فَقُلْتُ أَللَّهِ فَقَالَ أَللَّهِ فَقُلْتُ
أَللَّهِ قَالَ فَأَخَذَ بِحُبْوَةِ رِدَائِي فَجَبَذَنِي إِلَيْهِ وَقَالَ
أَبْشِرْ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَجَبَتْ مَحَبَّتِي
لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَالْمُتَجَالِسِينَ فِيَّ وَالْمُتَزَاوِرِينَ
فِيَّ وَالْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ
“Aku pernah memasuki masjid
Damaskus, ternyata di sana terdapat seorang pemuda dengan gigi yang
putih dan orang-orang bersamanya. Jika mereka memperselisihkan sesuatu
mereka mengandalkannya dan mengembalikannya kepada pendapatnya. Aku pun
bertanya tentangnya dan dijawabnya bahwa dia Muadz bin Jabal. Esok
harinya aku berangkat (ke masjid) pagi-pagi, ternyata ia telah
mendahuluiku. Aku mendapatinya melakukan shalat. Ia mengatakan, aku pun
menunggunya sampai ia menyelesaikan shalatnya. Setelah itu aku
menemuinya dari depannya dan aku ucapkan salam kepadanya dan aku
katakan, ‘Demi Allah, aku mencintaimu karena Allah’ Ia mengatakan,
‘Allah.’ Aku katakan, ‘Allah.’ Ia katakan, ‘Allah?’ Aku katakan,
‘Allah,’ Lalu ia memegang dada jubahku dan menarikku kepadanya dan
berkata, ‘Berbahagialah karena aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Alah
Tabaraka wa Ta’ala berfirman, ‘Orang-orang yang saling mencinta
karena-Ku pasti mendapatkan kecintaan-Ku, yang bergaul karena-Ku, yang
saling mengunjungi karena-Ku, dan yang saling berkorban karena-Ku.” (Hadits shahih riwayat Malik di Al-Muwattha’ dengan sanad shahih).Abu Karimah Al-Miqdad bin Ma’di Karib RA meriwayatkan Nabi saw Beliau bersabda,
إِذَا أَحَبَّ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ
“Jika seseorang mencintai saudaranya hendaknya ia memberitahukan kepadanya bahwa dia mencintainya.”(Tirmidzi dan Abu Dawud, hadits hasan shahih).Muadz RA. Meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW memegang tangannya seraya bersabda,
يَا
مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ
فَقَالَ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ
تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ
عِبَادَتِكَ
“Hai Muadz, demi Allah, aku mencintaimu karena
Allah. Lalu aku berwasiat kepadamu, ya Muadz, jangan sampai –setiap kali
usai shalat- kamu tidak mengucapkan, ‘Ya Allah, tolonglah aku untuk
berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik
kepada-Mu.” (Abu Dawud dan Nasa’i dengan sanad shahih).Anas RA meriwayatkan bahwa,
أَنَّ
رَجُلًا كَانَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَمَرَّ بِهِ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّ هَذَا
فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمْتَهُ
قَالَ لَا قَالَ أَعْلِمْهُ قَالَ فَلَحِقَهُ فَقَالَ إِنِّي أُحِبُّكَ فِي
اللَّهِ فَقَالَ أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي لَهُ
“Seseorang berada di sisi Nabi SAW.
Kemudian seseorang lewat dan berkata, ‘Ya Rasulullah, aku mencintai
orang ini.’ Nabi bersabda kepadanya, ‘Apakah kamu sudah memberitahukan
kepadanya?’ (Anas) berkata, lalu ia menyusulnya dan mengatakan, ‘Aku
mencintaimu karena Allah.’ Orang itu menjawab, ‘Mudah-mudahan Allah
mencintaimu sebagaimana kamu mencintaiku karena-Nya.” (Abu Dawud dengan sanad shahih). Berikut ini ada beberapa cara praktis sebagai panduan untuk tercapainya kekokohan ruh cinta karena Allah, yaitu:
- Memberi tahu kepada al akh (saudara) yang dicintai.
Rasulullah bersabda: “Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah ia memberi tahu kepadanya “ (HR Abu Daud dan Turmudzi) - Memanjatkan doa untuknya dari kejauhan ketika mereka saling berpisah.
Diriwayatkan dari Umar Bin Khathab RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Aku minta izin (pamit) kepada Rasulullah untuk melaksanakan umrah”. Kemudian Rasulullah mengizinkan dan berkata ” Jangan lupa doa kan kami ” Lalu beliau mengatakan suatu kalimat yang menggembirakan ku bahwa aku mempunyai kebahagiaan dengan kalimat tersebut di dunia. Dalam suatu riwayat beliau berkata: “Kami mengiringi do’a wahai saudaraku” - Bila berjumpa dengan al akh lain maka tunjukkanlah senyum kegembiraan dan muka manis.
Rasulullah bersabda “Janganlah engkau meremehkan kebaikan apa saja (yang datangnya dari saudaramu). Dan jika engkau berjumpa saudaramu maka berikanlah dia senyum kegembiraan” (HR Muslim) - Berjabat tangan bila bertemu.
Rasulullah SAW menganjurkan umatnya bila bertemu dengan saudara-saudaranya agar cepat-cepatlah berjabat tangan. Hal di atas berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Daud dari Barra, Bersabda Rasulullah SAW: “Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah”. - Menyempatkan diri untuk mengunjungi saudaranya.
Dalam kitabnya Al Muwathta, Imam Malik meriwayatkan: Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa, “Allah berfirman: Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang mencintai karena Aku, dimana keduanya saling berkunjung karena Aku dan saling memberi karena Aku”. - Menyampaikan ucapan selamat yang berkenaan dengan sukses yang dicapai saudaranya. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik Ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa mengucapkan selamat kepada saudaranya ketika saudaranya mendapat
kebahagiaan niscaya Allah menggembirakannya pada hari kiamat”. (HR Thabrani dalam Ma’jamush Shaghir)
Contoh yang pernah diajarkan oleh Rasul adalah:
a. Berkenaan dengan kelahiran anak
b. Ketika datang dari medan jihad
c. Apabila kembali dari menunaikan haji
d. Bila ada yang menikah
e. Saat Iedul fitri - Memberikan hadiah yang bersifat insidental.
Iman Dailami meriwayatkan dari Anas dan Marfu’ bahwa Rasulullah SAW bersabda “Hendaklah kalian saling memberikan hadiah karena hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan kekotoran hati”. - Menaruh perhatian terhadap keperluan saudaranya.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang meringankan beban penderitaan seorang mukmin di dunia pasti Allah akan meringankan beban penderitaannya di akhirat kelak. Siapa yang memudahkan orang yang dalam keadaan susah pasti Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutupi aib seorang muslim pasti Allah akan menutupi (aib nya) di dunia dan akhirat. Dan Allah akan selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR Muslim) - Menegakkan hak-hak ukhuwah saudaranya.
Dalam rangka mempererat ukhuwah maka adalah wajib bagi al akh untuk menunaikan hak-hak yang dimiliki al akh lain, seperti menjenguk saudaranya yang lain bila sakit, mendo’akan bila bersin, dan menolong bila teraniaya (dizhalimi).
Tentang Cinta itu sendiri, Rasulullah dalam sabdanya menegaskan bahwa tidak beriman seseorang sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya. Al Ghazali berkata: “Cinta adalah inti keberagamaan. Ia adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalaupun ada maqam yang harus dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah cinta dan bila ada maqam-maqam sesudah cinta, maqam itu hanyalah akibat dari cinta saja.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar