Dare to be different, inspire... |
Seorang “extraordinary” kadang dihadapkan pada
problematika dalam dirinya dalam menyikapi kondisi masyarakat. Satu sisi
harus menjaga idealisme dirinya, di sisi lain harus menghadapi realitas
masyarakat yang semakin kompleks. Sehingga sangat wajar ketika ada
kalanya untuk menjadi seorang “extraordinary”
dibutuhkan kemampuan, mental, dan pondasi yang kuat agar tidak mudah
tergoyahkan ketika sang angin dan badai menerjang. Dia harus siap untuk
menjadi “unik” di tengah kondisi “umum” masyarakat. Bahkan bisa jadi
menjadi pribadi yang “jarang” karena nilai dan norma yang berkembang di
masyarakat semakin jauh dari seharusnya (baca: tuntunan Illahi).
Tahukah
kita? Orang-orang “extraordinary” pernah hadir dalam untaian sejarah.
Kisah yang paling populer adalah bagaimana sekelompok ashabul Kahfi
harus terasing dari masyarakat. Bahkan dalam catatan sejarah, Kisah
Ashabul Kahfi dikatakan terjadi di suatu tempat yang kini dikenal
sebagai Gunung Pion (Mt. of Pion). Di sana terletak sebuah gua yang
diberi nama Gua Tujuh Orang Peradu (The Cave of the Seven Sleepers) yang
terletak di Efesus (Ephesus), Turki. Ini mengisyaratkan bahwa kisah ini
betul-betul terjadi dan nyata.
Pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini salah satunya adalah jangan khawatir dan takut untuk menjadi “extraordinary”.
“Untuk apa takut menjadi Extraordinary ketika itu benar”
Dalam
berbagai ulasan sejarah, hanya orang-orang yang “berbeda” yang akan
tertulis. Orang-orang biasa hanya akan dilupakan oleh waktu karena
mungkin tidak “special” dan dianggap biasa-biasa saja.
Dalam
terminologi agama, sebetulnya Allah memerintahkan agar hamba-hambanya
senantiasa menjadi pribadi yang “extra” atau lebih dan istimewa.
Sehingga bagi mereka yang memiliki tingkat keimanan dan ketakwaan
“extra” akan memperoleh derajat dan predikat yang istimewa.
Lalu jikalau ditarik dengan kondisi saat ini?
Bisa
jadi salah satu cara untuk dicintai Allah adalah dengan menjadi “orang
asing”. Orang asing di sini adalah mereka yang memiliki pribadi berbeda
dengan orang biasa, bukan orang biasa-biasa saja dengan kata lain
menjadi orang Luar biasa atau Extraordinary.
Begitu luar biasanya,
di saat orang biasa sedang tidur terlelap, tetapi dia bangun untuk
berkomunikasi dengan sang Pencipta dengan shalat malam atau shalat
Tahajud. Di saat orang biasa lebih banyak mementingkan kepentingan
pribadi, dia memilih untuk memikirkan bagaimana perjuangan dan
kepentingan umat. Di saat orang biasa nyaman dengan kenikmatan duniawi,
“perbuatan yang mendekati zina”, kemewahan, bahkan kebanggaan pribadi,
dia memilih untuk lepas dari belenggu dunia, jauh dari kesia-siaan,
menjauhi perbuatan zina, berada dalam roda perjuangan, dan melepaskan
zona nyaman.
Kadang orang biasa-biasa menganggap mereka tak mampu,
lemah, kampungan, tidak “gaul”, menyimpang, atau apapun julukannya.
Karena mereka orang “extraordinary” memang berbeda.
Sebetulnya
bukan berarti mereka tidak mampu untuk menjadi “orang biasa”, bahkan
jika mau, dia akan menjadi yang lebih pula, atau dianggap paling
biasa-biasa oleh orang biasa.
Namun itu bukan masalah mampu dan
tidak mampu, tetapi ini soal prinsip hidup yang harus diperjuangkan.
Karena orang-orang extraordinary meyakini bahwa kenikmatan dunia akan
diperoleh ketika manusia memiliki orientasi yang lebih tinggi yaitu
akhirat. Kehidupan dunia adalah singkat seperti musafir yang mampir
minum dan mengadakan perjalanan jauh. Bagaimana nikmat dan mewahnya
kehidupan dunia ini akan berakhir, hilang lenyap sesuai dengan arti
fana.
Kehidupan Akhirat? Kehidupan yang tak berujung, yang tak
mungkin diulangi, yang tak mungkin diakhiri… Jikalau selamat maka akan
terus selamat, jikalau celaka maka akan terus celaka…
Maka
beruntunglah bagi orang-orang “extraordinary”, jangan khawatir dengan
“idealisme” yang kau genggam, jangan menangis atas kesusahan yang kau
alami karena akan ada balasan yang jauh lebih besar… Memang adakalanya
menjadi “extraordinary” menjadikan dia menjadi “asing” untuk saat ini.
Namun itu bukan masalah, karena Rasulullah pun bersabda dalam hadits
sebagai berikut: “Islam pernah dianggap asing saat kedatangannya dan
kelak di akhir zaman, Islam juga dianggap asing. Maka beruntunglah
orang-orang yang dianggap asing.”(HR. Muslim dari Abi Hurairah).
“Mudah-mudahan kita mampu untuk menjadi orang-orang Extraordinary”
Wallahu’alam.